“Semakin banyak membaca justru membuatmu semakin bingung!” Pernah seorang teman berkata kepadaku saat ia melihatku sedang membaca. Awalnya aku cuek saja dengan klaim seperti itu. “Hahahaha, bilang saja Kamu iri dengan hobiku yang satu ini,” begitu aku menggumam dalam hati.
Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata ada benarnya juga kata-kata temanku itu. Dari dulu sih
aku sebenarnya sudah mulai menyadari itu. Dari membaca di satu sisi aku
memang semakin mengerti, tapi di sisi lain aku juga semakin penasaran.
Penasaran untuk benar-benar mengerti/menguasai akan
ilmu/pengetahuan/kebenaran dari apa yang aku baca. Sepertinya rasa
penasaran itu lah yang membuatku merasa semakin bingung.
Saat aku membaca beberapa buku-buku
sejarah, rasa penasaran/bingung itu semakin terasa. Sejarah, sejak SD
merupakan salah satu favoritku. Dan hingga sekarang, aku tetap hobi
melahap buku-buku sejarah.
Sejarah merupakan cabang ilmu sosial yang
mengkaji peristiwa masa lalu. Sebagaimana disiplin ilmu lainnya, fakta
yang diungkapkan dalam sejarah idealnya adalah fakta-fakta yang
didasarkan atas bukti-bukti yang objektif. Oleh karena itu, sejarah
sebisa mungkin harus mampu berdiri secara independen, lepas dari
penilaian subjektif para pihak, termasuk mereka yang mempunyai
kepentingan terhadap kebenaran fakta sejarah itu.
Sejarah bermanfaat sebagai sumber
inspirasi dari masa lampau serta sumber edukasi dan aspirasi untuk masa
depan. Dengan mempelajari sejarah, seseorang akan lebih berhati-hati
terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan dengan
menggunakan pengalaman yang telah terjadi pada masa lampau. Sejarah bisa
saja berulang, dalam waktu yang berbeda, dalam ruang yang berbeda, akan
tetapi substansi peristiwanya sebenarnya sama. “Jas Merah, jangan
sekali-sekali melupakan sejarah,” begitu kata Bung Karno.
Yang menjadi masalah, selama ini kajian
sejarah belum sepenuhnya mampu mengungkapkan secara detail dan akurat
perihal kebenaran peristiwa-peristiwa pada masa lalu. Lebih disayangkan
lagi apabila peristiwa yang tak terungkap itu ternyata satu peristiwa
penting yang menentukan arah hidup bangsa. Terlebih, salah satu
kelemahan studi sejarah adalah terbatasnya usia para saksi sejarah yang
merupakan salah satu sumber informasi dari suatu peristiwa tertentu.
Konsekuensinya, semakin jauh kajian sejarah dengan waktu terjadinya
peristiwa, semakin besar pula kemungkinan bias kebenaran yang diperoleh.
Tak perlu jauh-jauh melangkah dan tak
perlu jauh-jauh kembali ke masa lalu, peristiwa sejarah yang terjadi
beberapa puluh tahun lau pun hingga kini masih menyimpan banyak misteri.
G30S
Peristiwa G30S, atau sebagian besar orang
menganggapnya sebagai peristiwa pemberontakan PKI ini lah salah satu
dari peristiwa sejarah yang masih menyimpan banyak misteri. Dahulu,
ketika orde baru masih berkuasa, peristiwa ini nampak begitu gamblang
dijelaskan dalam buku-buku sejarah maupun dokumen-dokumen resmi
lainnya, termasuk juga film mengenai ini yang wajib ditonton pada setiap
tanggal 30 September malam. Dari sumber-sumber orde baru tersebut,
satu-satunya dalang yang harus dipersalahkan dalam hal itu adalah Partai
Komunis Indonesia (PKI).
Namun ketika orde baru tumbang, fakta
sejarah mulai berkata lain. Sedikit demi sedikit fakta-fakta baru mulai
terungkap. Beberapa saksi sejarah yang dahulu memilih membisu mulai
membukanya satu demi satu. Tak ayal, fakta-fakta baru pun bermunculan
dan seolah menjungkirkan fakta lama yang telah dibangun secara rapi oleh
orde baru. Beberapa kemungkinan skenario peristiwa tersebut pun
bermunculan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
- G30S sebagai usaha kudeta PKI;
- G30S sebagai akibat dari ketidakpuasan perwira muda Angkatan Darat terhadap pimpinannya;
- G30S sebagai persekutuan antara perwira angkatan darat dan PKI;
- G30S sebagai cara Soekarno menumpas petinggi Angkatan Darat yang dianggapnya berencana melakukan kudeta;
- G30S merupakan konspirasi CIA dan Inggris untuk menurunkan Soekarno dan sebagai alat menghilangkan pengaruh ideologi komunisme di Indonesia;
- G30S sebagai usaha Soeharto mengkudeta Soekarno;
- G30S dilatarbelakangi oleh berbagai faktor termasuk kombinasi-kombinasi dari hal-hal di atas.
Dari sekian banyak skenario itu
masing-masing ada indikasi kebenarannya. Meski aku pribadi lebih
cenderung pada kombinasi skenario 3, 5, dan 6, tapi entahlah yang mana
yang benar. Belum lagi peristiwa itu juga disusul dengan pembantaian
besar-besaran kepada para simpatisan PKI di berbagai daerah. Besaran
korbannya masih juga merupakan suatu misteri. Pelakunya? Lagi-lagi tidak
jelas (kemungkinan besar sih, Angkatan Darat. )
Apalagi jika peristiwa itu kemudian
dikaitkan dengan peristiwa Supersemar yang kemudian membawa Soeharto ke
kursi kekuasaan. Kini, banyak juga pihak menyangsikan kebenaran dan
keautentikan isi dari surat peritah itu. Entahlah semakin ruwet saja
tentunya…
Lalu, bagaimana juga dengan peristiwa
Malari 1974? Kemudian juga kerusuhan Mei 1998? Bagaimana kebenarannya?
Siapa lagi itu dalangnya? Dan siapa pula yang patut dipersalahkan?
Ahhh, tambah bingung (dalam arti penasaran) pastinya..
Haha.. Memang benar membaca membuatku semakin bingung, Kawan…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar