(ANTARA/Andika Wahyu)
Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo langsung pusing
tujuh keliling begitu dilantik sebagai Menteri Negara Pemuda dan
Olahraga yang baru pada 15 Januari lalu. Selain kasus korupsi Hambalang,
satu persoalan yang tak kalah pelik langsung menghadangnya: konflik
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) yang sudah dua tahun tak
kunjung usai.
Persepakbolaan nasional
terus dirundung dualisme--mulai dari dualisme federasi, dualisme liga,
sampai dualisme tim nasional. Sebagai Menpora baru, Roy Suryo berjanji
akan bekerja cepat untuk menuntaskan masalah ini. Waktunya tak banyak,
cuma sampai 16 Maret, sesuai tenggat yang telah ditetapkan FIFA.
Cilakanya, belum apa-apa dia sudah memantik kontroversi. Tersiar kabar
bahwa dia pagi-pagi sudah melansir pernyataan akan membubarkan PSSI
maupun oposisinya, Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI).
Benarkah? Berikut petikan wawancara dengan politisi Partai Demokrat kelahiran Yogyakarta 44 tahun lalu itu.
Apa langkah pertama Anda sebagai Menpora?
Kita mulai babak baru
kepemudaan dan keolahragaan Indonesia. Saya ingin memulai hal yang baru.
Saya mohon doa restu dari semuanya. Saya mengerti bahwa saya bukan
orang yang sangat berkompeten dalam dunia kepemudaan dan olahraga. Saya
sangat menyadari itu. Tapi, instruksi dari Presiden sudah sangat jelas.
Ada tiga arahan langsung.
Yang pertama: konsolidasi. Itu, alhamdulillah,
sebelum saya dilantik sudah coba saya lakukan. Teman-teman di Kemenpora
akan saya ajak bersama-sama. Kita akan memegang satu warna, yaitu Merah
Putih. Tidak ada lagi kubu-kubu.
Saya sudah bertemu dengan
Mas Andi Mallarangeng, Pak Adhyaksa Dault, Pak Hayono Isman, dan bahkan
Pak Akbar Tanjung (Menpora sebelumnya, Red.). Saya tidak ingin ada
friksi di dalam. Semua keluarga besar Kemenpora. tidak ada 'orangnya A'
atau 'orangnya B'. Intinya dengan konsolidasi yang kuat kami akan
menuntaskan setidaknya dua hal.
Pertama, saya akan
mempercepat penyelesaian kendala yang sedang dialami Satlak Prima, di
mana kita harus mempersiapkan diri menghadapi event besar yaitu
SEA Games 2013 di Myanmar. Kendala terbesar adalah anggaran. Sampai
hari ini anggaran belum turun. Tapi, saya kemarin sudah berkomunikasi
dengan teman-teman di Komisi X DPR RI. Meskipun belum ada rapat dengar
pendapat, saya minta tolong dibantu. Anggaran Rp1,9 triliun itu harus
turun segera. Jangan sampai atlet kita sendiri yang menanggung biaya
latihan.
Yang kedua adalah masalah PSSI. Itu harus dituntaskan.
Apa langkah terdekat Anda untuk menyelesaikan kemelut PSSI?
Saya akan pastikan agar
langkah-langkah yang sudah diambil para pendahulu saya dilaksanakan;
termasuk yang diambil tim Pak Agung Laksono, yakni pembentukan Task
Force. Di sana ada beberapa kesepakatan.
Saya akan lihat apakah
kesepakatan-kesepakatan itu dipatuhi atau tidak. Kalau sudah tanda
tangan tapi tidak dipatuhi, saya akan bertemu dengan dua tokoh yang
sering disebut-sebut berada di balik masalah ini. Kalau kedua orang itu
kesulitan datang ke sini (kantor Kemenpora), maka saya yang akan sowan ke sana.
Selaku wakil masyarakat,
saya ingin sekali masalah ini selesai dengan cepat. Dan memang sering
saya katakan: pilihannya hanya salah satu (PSSI atau KPSI), atau tidak
semuanya. Kalaupun saya harus memilih tidak semuanya, itu adalah pilihan
terakhir. Tapi, itu dengan restu rakyat Indonesia dan ridha Allah
Subhanallah.
Saya juga menyiapkan langkah-langkah jika nanti ada gugatan dan sebagainya.
Jadi, artinya benar Anda mau membubarkan PSSI dan KPSI?
Saya tidak bisa
mengatakan benar atau tidak. Tapi, itu termasuk salah satu opsi
kebijakan kalau tidak ada opsi lain yang bisa dipilih.
Banyak yang mengatakan
mereka agak sulit disatukan. Kalau tidak bisa disatukan, kan tidak
mungkin juga diduakan. Kita kan tidak mungkin punya dua induk olahraga
sepakbola. Harus jadi satu.
Kalau tidak bisa jadi satu, dua-duanya tidak mau, ya akan dicari solusi yang sangat clear
dan tepat sesuai hukum dan tanpa melanggar Statuta PSSI. Pembubaran
kalau dilakukan dengan cara-cara sesuai hukum, saya pikir tidak masalah.
Saya selaku wakil
pemerintah siap bertanggung jawab. Saya rela digugat karena gugatan
dalam olahraga itu tidak akan ada perdata, apalagi pidana. Adanya
arbitrase. Insya Allah kita akan selesaikan ini semua.
Penanganan konflik PSSI telah diserahkan kepada KOI (Komite Olimpiade Indonesia). Anda setuju?
KOI itu kan bagian IOC (International Olympic Committee). Fungsinya sebenarnya menangani hal-hal yang berhubungan dengan event-event di luar negeri. Apakah ini harus ditangani KOI atau tidak, nanti akan kami lihat lagi.
Apa komentar Anda soal keterlambatan pembayaran gaji pemain di beberapa klub sepakbola?
Kalau soal gaji, itu nanti akan saya clear-kan terlebih dahulu dengan pihak-pihak yang terlibat.
Indonesia sukses jadi juara umum SEA Games 2011. Apa target Anda untuk SEA Games tahun ini?
Kita tidak mungkin sama
persis seperti yang di Palembang. Saat itu kita cukup punya waktu untuk
mengatur cabang-cabang olahraga. Tapi, kami akan pelajari cabang
olahraga mana yang masuk olimpiade dan non olimpiade. Nanti ada
statistiknya, berapa persen cabang olahraga olimpiade dan non olimpiade.
Nanti akan kita sinergikan.
Pakar-pakar olahraga akan
kami mintai bantuan karena saya bukan ahli di bidang itu. Saya tidak
berani memasang target apakah harus juara umum atau tidak. Tapi kalau
kita lihat statistik, setiap kali kita jadi tuan rumah SEA Games,
biasanya kita juara umum. Kalau tidak, biasanya Thailand atau negara
lain yang juara. Yang jelas waktu saya tidak banyak untuk bekerja.
Soal janji bonus besar untuk atlet SEA Games akan tetap Anda pertahankan?
Insya Allah tetap ada. (kd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar